BAGAIMANA JIKA TUBUH KEKURANGAN HORMON TESTOSTERON!!
Pada pria usia produktif, sindroma kekurangan testosteron bisa menurunkan kualitas hidup. TDS (testosteron defficiency syndrome) bisa mengarah pada osteoporosis, terbentuknya kolestrol, dan meningkatnya kadar gula darah.
Kisaran normalnya Testosteron adalah antara 12 nmol/l sampai 40 nmol/l. Jika Anda cek ke dokter dan kandungan hormon tersebut di bawah 12nmol/l maka Anda termasuk TDS (Testosterone Deficiency Syndrome)
TDS pada pria adalah suatu keadaan di mana produksi hormon testosteron dari testis (kelenjar seks pada pria) tidak cukup dan mengakibatkan munculnya gejala-gejala kekurangan (defisiensi) hormon testosteron. Bertambahnya umur merupakan penyebab umum terjadinya TDS pada pria. Beberapa studi menunjukkan, TDS umumnya menyerang pria di atas 40 tahun. Selain faktor usia, banyak pria dengan penyakit diabetes mellitus juga memiliki tingkat testosteron yang rendah. Begitu pun pria yang mengalami gangguan fungsi testis, keracunan, tumor, pasca operasi, dan sebagainya.
Yang kerap menimbulkan masalah adalah ketika defisiensi testosteron terjadi pada usia produktif. Masalah muncul, kata Wimpie, karena pada usia ini pria tetap harus bekerja dan menjalankan profesinya. Namun karena terjadi defisiensi hormon testosteron, maka banyak pria di usia produktif yang mengalami penurunan kualitas hidup sehingga produktivitas kerjanya menurun. ''Jadi pria dengan defisiensi testosteron adalah pria yang tidak normal karena kualitas hidupnya berkurang
Karena kekurangan hormon testosteron, seorang pria akan merasakan berbagai keluhan. Tak sekadar membuat resah, keluhan-keluhan itu bahkan bisa membuatnya depresi. Adapun keluhan umum yang dirasakan oleh pria penderita TDS adalah:
1. Rendahnya dorongan seksual, disfungsi ereksi dan menurunnya frekuensi ereksi, serta produksi sperma terganggu.
2. Menurunnya massa dan kekuatan otot,
3. Penurunan massa tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur (patah tulang),
4. Sulit konsentrasi, merasa lelah dan depresi, dan daya tahan tubuh menurun.
5. Penderita TDS umumnya juga mengalami peningkatan massa lemak yang mengakibatkan komposisi tubuh berubah sehingga terjadi obesitas visceral. Obesitas jenis inilah yang membuat kebanyakan penderita TDS memiliki perut buncit.
6. Kejadian penyakit kardiovaskuler di kalangan penderita TDS juga meningkat. ''Gangguan perasaan (mood) dan gangguan tidur juga meningkat .
Bila menurunnya testosteron berlangsung sebelum masa pubertas, kedewasaan seksual akan menurun, bahkan tidak muncul, meski tinggi badan tetap menaik dan suara tetap tinggi.
Jika terjadi setelah masa pubertas (karena faktor keturunan atau penyakit misalnya), gejala yang mungkin timbul berupa gangguan tidur, kelelahan kronis, mudah tersinggung, tidak ada daya, nafsu seksual hilang, mudah tegang, muncul rasa panas di sekitar dada dan leher, disfungsi seksual, atau terus menerus berkeringat.
Tentu keadaan ini sangat merepotkan dan membuat hidup tidak lagi nyaman.
Situasi seperti ini menuntut perawatan dan tindakan.
Jika tidak diobati, penderita TDS akan terus-menerus mengalami keluhan itu. Dorongan seksual tetap rendah, disfungsi ereksi pun tak tertangani. Keadaan ini pada akhirnya bisa membuat penderita depresi berat.
0 komentar:
Posting Komentar