ASAM URAT BEDA SAMA RHEUMATIK

on Selasa, 19 Oktober 2010


Beda Asam Urat dan Reumatik

Sumber: http://paketasamurat.wordpress.com


“ASRATIK”, asam urat dan rheumatik. Sama atau berbeda?
Penyakit asam urat merupakan bagian dari penyakit rheumatik. Meningkatnya asam urat bisa terjadi pembentukan tofi Asam urat atau gout (Arthritis pirai) dan rheumatik memang penyakit yang berbeda namun keluhan yang dirasakan sering sama dan bagian tubuh yang diserang juga sama. Kalau rheumatik disebabkan peradangan pada sendi sehingga terjadi arthritis. Asam urat disebabkan kelainan metabolisme yang dalam perkembangannya bermanifestasi terhadap peningkatan konsentrasi asam urat dalam serum. Bila seseorang kadar asam uratnya normal namun ada keluhan nyeri sendi, maka kemungkinan terkena rheumatik (radang sendi) atau mungkin juga pengeroposan tulang. Akibat tingginya asam bisa terjadi pembentukan batu urat yang akhirnya mempengaruhi kesehatan ginjal. Karena munculnya tofi ini seseorang bisa diamputasi kakinya karena tofinya meradang dan pecah lalu membusuk kakinya.
Asam urat dan rheumatik, bukanlah penyakit yang mematikan namun amat mengganggu dan membuat stress penderita karena mempunyai sifat sering kambuh. Meski sudah sembuh karena minum obat misalnya tak lama kemudian bila obatnya habis bisa kambuh lagi. Penderita penyakit ini sangat terganggu aktifitas pekerjaannya karena sering tiba-tiba menyerang di saat seseorang sedang menjalankan tugas pekerjaannya. Dari mulai usia anak-anak hingga usia lanjut bisa terserang penyakit ini, baik pria maupun wanita.
ASAM URAT
Semua orang pasti punya asam urat, karena hal ini merupakan bagian yang normal dari darah dan urin. Penyakit asam urat disebabkan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Normalnya, asam urat sebagai hasil samping dari pemecahan sel yang terdapat dalam darah yang secara berkesinambungan tubuh memecah dan membentuk sel yang baru. Nilai asam urat yang normal bila wanita 2,4 – 6, untuk pria 3,0 – 7. Bila melebihi dari nilai itu maka seseorang bisa dikategorikan ada gangguan asam urat. Meningkatnya asam urat disebabkan pekerjaan ginjal yang tidak sanggup mengeluarkan asam urat melalui air kemih. Masing-masing orang meski kadar asam uratnya tinggi belum tentu merasakan hal yang sama. Ada yang merasakan nyeri di bagian sendi tubuhnya namun ada juga yang tidak merasakan apa-apa meski asam uratnya sampai 12. Sebaliknya ada seseorang yang asam uratnya 10, keluhannya sangat parah bahkan bisa menyebabkan lumpuh tidak bisa jalan.
Kadar asam urat dalam darah bisa tinggi apabila banyak sisa-sisa pembuangan hasil metabolisme purin, sedangkan ekskresi asam urat melalui urin terlalu sedikit. Penyebab utamanya adalah gangguan metabolisme sejak lahir atau mungkin juga adanya abnormalitas suatu enzim atau karena serangan penyakit tertentu. Gangguan ini menyebabkan kadar asam urat dalam serum tinggi.
Beberapa faktor yang menyebabkan kadar asam urat tinggi adalah:
1. Faktor keturunan
2. Penyakit Diabetes Melitus
3. Adanya gangguan ginjal dan hipertensi
4. Tingginya asupan makanan yang mengandung purin.
5. Berat badan yang berlebih (obesitas)
6. Jumlah alkohol yang dikonsumsi
7. Penggunaan obat-obatan kimia yang bersifat diuretik/analgetik dalam waktu lama

Penderita asam urat sebagian diakibatkan kelainan sintesa purin dalam jumlah besar yang menyebabkan kelebihan asam urat dalam darah dan terutama juga akibat kelebihan produksi asam urat tetapi pengeluarannya tidak sempurna.
RHEUMATIK
Ada dua macam rheumatik, yakni rheumatik artikuler dan rheumatik non-artikuler. Rheumatik artikuler terjadi di bagian sendi, atau sering disebut radang sendi. Rheumatik non artikuler disebut juga extra articular rheumatism terjadi di bagian jaringan lunak di luar sendi.
Jumlah asam urat dalam tubuh dicerminkan oleh kadar natrium urat dalam serum darah. Bila kadar natrium urat dalam serum melampaui daya larutnya maka serum menjadi sangat jenuh (hiperurisemia) dan dapat menstimulir terbentuknya kristal natrium urat yang dapat mengendap.

Kristal natrium urat yang mengendap disebut tofi yang berasal dari kata tufa yang berarti batu karang. Jika tofi berada di persendian, akan terjadi arthritis gout akut, sakit rheumatik,
atau radang sendi. Lama kelamaan, keadaan itu akan mengakibatkan kerusakan sendi dan menimbulkan arthritis gout kronis. Kasus seperti ini akan menimbulkan sakit nyeri yang hebat yang biasanya timbul pada pagi hari pada waktu bangun pagi, pada hal mungkin malam harinya tidak merasakan apa-apa.

Rheumatik artikuler ada beberapa macam al:
a. Osteoartritis,
b. Artritis Reumatoid,
c. Artritis Pirai atau Asam Urat.


KOLESTEROL

on Senin, 18 Oktober 2010


 KOLESTEROL


Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol[1] (bahasa Inggris: waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah.[2]
Kolesterol atau kadar lemak dalam darah umumnya berasal dari menu makanan yang dikonsumsi. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, maka akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol. Contoh makanan tersebut seperti gorengan, minyak kelapa atau kelapa sawit, alpukat, durian, daging berlemak, jeroan, kacang tanah, dan sejenisnya.
Jenis kolesterol dibedakan menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL). LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat karena tingginya kadar LDL akan berpotensi menumpuk atau menempel pada dinding pembuluh nadi koroner yang dapat menyebabkan penyempitan dan penyumbatan aliran darah (aterosclerosis). Akibatnya jantung kesulitan untuk memompa darah dan akhirnya berlanjut ke gejala serangan jantung mendadak. Bila penyumbatan itu terjadi di otak, maka akan menyebabkan stroke dan kelumpuhan.
Penderita kolesterol umunya diderita oleh orang gemuk, namun tidak menutupi kemungkinan orang yang kurus juga bisa terserang kolesterol tinggi, apalagi dengan mengonsumsi makanan modern yang rendah serat namun lemaknya tinggi. Selain faktor makanan, kolesterol yang tinggi juga bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Oleh sebab itu, semua orang baik kurus apalagi gemuk, baik yang belum pernah menderita kolesterol apalagi yang sudah pernah mengalaminya, perlu menjaga makanan dengan mengurangi makanan gorengan atau berminyak dan memperbanyak konsumsi makanan berserat.
Kolesterol total sebenarnya merupakan susunan dari banyak zat, termasuk trigliserida, LDL kolesterol, dan HDL kolesterol. Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma dalam dua bentuk, yaitu sebagai klomikron yang berasal dari penyerapan usus setelah makan lemak dan sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein) yang dibentuk oleh hepar dengan bantuan insulin. Trigliserida tersebut di dalam jaringan di luar hepar (pembuluh darah, otot, jaringan lemak) akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian oleh hepar dimetabolisasikan menjadi LDL. Kolesterol yang terdapat pada LDL kemudian ditangkap oleh suatu reseptor khusus di jaringan perifer sehingga LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat. Kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL (High Density Lipoprotein) ke hepar untuk kemudian dikeluarkan melalui saluran empedu sebagai lemak empedu sehingga HDL sering disebut sebagai kolesterol baik.
Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau lemak serta gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan menambah risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke. Mereka yang mempunyai trigliserida tinggi juga cenderung mengalami gangguan dalam tekanan darah dan risiko diabetes.
LDL kolesterol atau kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah adalah kolesterol jahat karena kolesterol LDL melekat pada dinding arteri dan bisa menyebabkan terjadinya penutupan arteri. Sedangkan HDL kolesterol atau kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah dikenal sebagai kolesterol baik. Peran kolesterol HDL adalah membawa kembali kolesterol buruk ke organ hati untuk pemrosesan lebih lanjut. Sebagian dari mereka dengan kadar HDL yang tinggi akan terlindung dari penyakit jantung, namun orang dengan kadar HDL dalam kategori yang sangat baik masih berisiko untuk terkena penyakit jantung.
Penyebab hiperkolesterolemia antara lain yaitu obesitas, alkoholisme, gangguan ginjal, gangguan hati, diabetes, pil anti hamil, diuretik, kortikosteroid, dan penyakit tiroid. Penderita hiperkolesterolemia sebaiknya menghindari faktor risiko (seperti merokok, obesitas, dan hipertensi), berat badan harus ideal dengan cara mengatur jumlah asupan kalori dan olah raga, serta mengurangi konsumsi lemak jenuh.

PURWACENG

on Rabu, 29 September 2010


SEKILAS PURWACENG
NAMA UMUM : Purwoceng
Nama Ilmiah : Pimpinella pruatjan Molkenb
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Apiales
Famili:
Apiaceae
Genus:
Pimpinella
Spesies: Pimpinella pruatjan Molkenb
Purwoceng merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal berkhasiat sebagai obat perkasa kaum lelaki. Karena itu, Purwoceng juga mendapat sebutan ‘Viagra Jawa’.
Purwoceng sebenarnya tergolong tanaman langka, namun kini dapat diselamatkan dengan budi daya menggunakan metode kultur in vitro. Masalah budi daya Purwoceng ini pernah dipaparkan Ireng Darwati, mahasiswa S3 program studi Agronomi Institut Pertanian Bogor (IPB) saat mempertahankan disertasinya berjudul “Kultur Kalus dan Kultur Akar Rambut Purwoceng untuk Menghasilkan Metabolit Sekunder dan Harapan untuk Pengembangan Tanaman Purwoceng di Masa Mendatang,” di Kampus IPB Darmaga, Bogor (Suara Pembaharuan,23/02/2007).
Menurut hasil penelitian secara farmakologi Purwaceng memang terbukti mengandung bahan aktif di seluruh bagiannya (batang, daun, terutama akar) yang dapat mendongkrak kadar hormon testosteron yang sangat menentukan dalam hal vitalitas tubuh dan stamina.
Hasil penelitian Juniarto (2004) melaporkan bahwa ekstrak akar purwoceng yang diberikan pada tikus Spraque Dawley juga dapat meningkatkan derajat spermatogenesis dalam testis, jumlah maupun motilitas spermatozoa dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian purwoceng), Berdasarkan studi farmakologi, telah diuji secara praklinik dan klinik oleh tim peneliti yang diketuai oleh Prof. Dr. Susilo Wibowo dan membuat paten ekstrak purwoceng sebagai afrodisiak (peningkat gairah seksual)
Kandungan kimia Purwaceng berupa metabolit sekunder yang merupakan zat berkhasiat adalah senyawa kelompok saponin.Terdapat pula senyawa triterpenoid-steroid,sitosterol,dan stigmasterol yg merupakan komponen kimia utama dalam pembentukan testoteron yg dpt meningkatakan fertilitas spermatozoid.
Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utama testosteron adalah testis pada jantan dan indung telur (ovari) pada betina, walaupun sejumlah kecil hormon ini juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini merupakan hormon seks jantan utama dan merupakan steroid anabolik. Baik pada jantan maupun betina, testoren memegang peranan penting bagi kesehatan. Fungsinya antara lain adalah meningkatkan libido, energi, fungsi imun, dan perlindungan terhadap osteoporosis. Secara rata-rata, jantan dewasa menghasilkan testosteron sekitar dua puluh kali lebih banyak dari pada betina dewasa.

Mo Tanam Purwaceng silahkan hub Master Puring untuk pemesanan BIBIT PURWACENG

Tanaman Purwaceng

on Senin, 27 September 2010


Tanaman Purwaceng bukan hanya bisa tumbuh di wonosobo, dengan cara pendekatan syarat hidup tanaman tersebut maka dapat dibudidayakan dimanapun misalnya di Yogyakarta maupun Magelang.  Cara perawatan tanaman inipun tidak ribet, mudah juga di tanaman dengan media untuk tanaman hias yang penting banyak kandungan humus/pupuk hijau. Bisa langsung dilahan maupun pot.  Yang menginginkan bibit tanaman Purwaceng dapat menghubungi kami, harga perpolibag Rp.20.000 belum ongkos kirim.
Pesan minimal 5 bibit  +ongkos kirim 20.000 jadi total paket Rp.120.000
Hub: Mr.Bags 08122699343

BAGAIMANA JIKA TUBUH KEKURANGAN HORMON TESTOSTERON


BAGAIMANA JIKA TUBUH KEKURANGAN HORMON TESTOSTERON!!
Pada pria usia produktif, sindroma kekurangan testosteron bisa menurunkan kualitas hidup. TDS (testosteron defficiency syndrome) bisa mengarah pada osteoporosis, terbentuknya kolestrol, dan meningkatnya kadar gula darah.
Kisaran normalnya Testosteron adalah antara 12 nmol/l sampai 40 nmol/l. Jika Anda cek ke dokter dan kandungan hormon tersebut di bawah 12nmol/l maka Anda termasuk TDS (Testosterone Deficiency Syndrome)
TDS pada pria adalah suatu keadaan di mana produksi hormon testosteron dari testis (kelenjar seks pada pria) tidak cukup dan mengakibatkan munculnya gejala-gejala kekurangan (defisiensi) hormon testosteron. Bertambahnya umur merupakan penyebab umum terjadinya TDS pada pria. Beberapa studi menunjukkan, TDS umumnya menyerang pria di atas 40 tahun. Selain faktor usia, banyak pria dengan penyakit diabetes mellitus juga memiliki tingkat testosteron yang rendah. Begitu pun pria yang mengalami gangguan fungsi testis, keracunan, tumor, pasca operasi, dan sebagainya.
Yang kerap menimbulkan masalah adalah ketika defisiensi testosteron terjadi pada usia produktif. Masalah muncul, kata Wimpie, karena pada usia ini pria tetap harus bekerja dan menjalankan profesinya. Namun karena terjadi defisiensi hormon testosteron, maka banyak pria di usia produktif yang mengalami penurunan kualitas hidup sehingga produktivitas kerjanya menurun. ''Jadi pria dengan defisiensi testosteron adalah pria yang tidak normal karena kualitas hidupnya berkurang
Karena kekurangan hormon testosteron, seorang pria akan merasakan berbagai keluhan. Tak sekadar membuat resah, keluhan-keluhan itu bahkan bisa membuatnya depresi. Adapun keluhan umum yang dirasakan oleh pria penderita TDS adalah:
1. Rendahnya dorongan seksual, disfungsi ereksi dan menurunnya frekuensi ereksi, serta produksi sperma terganggu.
2. Menurunnya massa dan kekuatan otot,
3. Penurunan massa tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur (patah tulang),
4. Sulit konsentrasi, merasa lelah dan depresi, dan daya tahan tubuh menurun.
5. Penderita TDS umumnya juga mengalami peningkatan massa lemak yang mengakibatkan komposisi tubuh berubah sehingga terjadi obesitas visceral. Obesitas jenis inilah yang membuat kebanyakan penderita TDS memiliki perut buncit.
6. Kejadian penyakit kardiovaskuler di kalangan penderita TDS juga meningkat. ''Gangguan perasaan (mood) dan gangguan tidur juga meningkat .
Bila menurunnya testosteron berlangsung sebelum masa pubertas, kedewasaan seksual akan menurun, bahkan tidak muncul, meski tinggi badan tetap menaik dan suara tetap tinggi.
Jika terjadi setelah masa pubertas (karena faktor keturunan atau penyakit misalnya), gejala yang mungkin timbul berupa gangguan tidur, kelelahan kronis, mudah tersinggung, tidak ada daya, nafsu seksual hilang, mudah tegang, muncul rasa panas di sekitar dada dan leher, disfungsi seksual, atau terus menerus berkeringat.
Tentu keadaan ini sangat merepotkan dan membuat hidup tidak lagi nyaman.
Situasi seperti ini menuntut perawatan dan tindakan.
Jika tidak diobati, penderita TDS akan terus-menerus mengalami keluhan itu. Dorongan seksual tetap rendah, disfungsi ereksi pun tak tertangani. Keadaan ini pada akhirnya bisa membuat penderita depresi berat.

Fungsi Purwaceng Dalam Meningkatkan Hormon Testoteron


Fungsi testosteron
Testosteron, Senjata Lelaki SejatiSeberapa penting sebenarnya kegunaan hormon testosteron bagi pria? Tentu saja sangat penting. Seperti dijelaskan Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS, spesialis andrologi dan seksologi dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Udayana, Denpasar, Bali, testosteron sebenarnya tak hanya dimiliki kaum pria, tapi juga wanita. Peran hormon testosteron sangat diperlukan, baik pada masa janin (fetus), remaja, dan dewasa. ''Pada masa janin, testosteron berfungsi dalam proses diferensiasi organ seks untuk menjadi pria atau wanita,'' kata Wimpie saat berbicara dalam sebuah forum media edukasi bertema Waspadai Testosterone Deficiency Syndrome (TDS) pada Pria di Usia Produktif dan Usia Lanjut, di Jakarta, belum lama berselang.
Sementara pada masa remaja, testosteron berfungsi dalam perkembangan kejantanan sehingga muncul tanda-tanda fisik pria seperti munculnya dorongan seksual, fungsi ereksi, produksi sperma, perkembangan otot, suara yang membesar, pengaruh psikotropik, merangsang pembentukan sel darah, tumbuhnya rambut di wajah, ketiak, dan kelamin. ''Pada masa dewasa, testosteron berfungsi mempertahankan kejantanan, fungsi seksual, dan fungsi anabolik bagi kehidupan,'' terang ketua Pusat Studi Andrologi dan Seksologi pada FK Universitas Udayana ini.
Testosteron, sebagai hormon seksual pria, merupakan faktor penentu apakah seorang pria layak disebut hipogonadisme atau tidak. Sebagai hormon terpenting, testosteron bertanggungjawab atas perkembangan pria dari kanak-kanak sampai menjadi lelaki dewasa di masa pubertas. Testosteron dibuat di testis dan masuk ke pembuluh darah, kemudian mencapai organ-organ tubuh lain. Meski merupakan hormon seks dan memengaruhi seksualitas bukan berarti hormon itu hanya untuk kepentingan seks semata.
Ada banyak fungsi testosteron:
1. Sebut saja menghasilkan suara pria,
2. Bertanggungjawab terhadap pembentukan rambut, janggut atau kumis,
3. Membentuk dan mempertahankan struktur tulang, membantu pembentukan sel darah merah.
4. Membentuk otot, mempertahankan daya ingat, orientasi, koordinasi, dan konsentrasi.
5. Mengatur keseimbangan mental, mencegah suasana hati negatif,
6. dan tentu saja mengatur keinginan seks.
Jadi, testosteron, dibutuhkan pria untuk membentuk fisik, mental, dan
seksualnya. Testosteron menjadikan pria sebagai lelaki sejati.

PURWACENG "VIAGRA JAWA"

on Rabu, 22 September 2010

OBAT KUAT RAJA-RAJA JAWA
KONSUMSI PURWACENG SEBAGAI OBAT HERBAL DALAM MENGATASI DEFISIENSI HORMON TESTOSTERON SEKALIGUS MENINGKATKAN LIBIDO
Salah satunya yang diproduksi oleh UD Dieng Purba
UD Dieng Purba, salah satu perusahaan dari wonosobo yang memproduksi Minuman berbahan dari Purwoceng, yang berdiri sejak 1979 menjual bermacam produk kesehatan berupa minuman yang berasal dari bahan Purwaceng.
Purwaceng Produksi UD Dieng Purba sangat aman karena ada legalitasnya
1. Ijin dari POM
2. Ijin Depkes dan MUI

Kami menyediakan sediaan Sbb:
1. Teh Purwaceng Harganya 40.000/pack.
2. Kopi Purwaceng Harganya 55.000/pack
3. Susu Purwaceng Harganya 65.000/pack
4. Original Purwaceng Harganya 80.000/pack
5. Akar+Daun Purwaceng Murni Harganya 60.000/pack
Setiap Pack ada 10 sachet Purwaceng
Keterangan : harga belum termasuk ongkos kirim
Mencari Reseller di setiap kota di seluruh Indonesia
Berminat Hubungi :
AGEN PURWACENG PRODUK UD DIENG PURBA
Bagus Kurniawan
Contact Person : 08122699343, (0274)7461362
Pesan Cukup SMS

OBAT KUAT HERBAL PURWACENG

on Senin, 20 September 2010

Purwoceng, viagra from java

Purwoceng merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal berkhasiat sebagai obat perkasa kaum lelaki. Karena itu, Purwoceng juga mendapat sebutan ‘Viagra Jawa’. Kenapa bisa demikian?

Purwoceng sebenarnya tergolong tanaman langka, namun kini dapat diselamatkan dengan budi daya menggunakan metode kultur in vitro. Masalah budi daya Purwoceng ini pernah dipaparkan Ireng Darwati, mahasiswa S3 program studi Agronomi Institut Pertanian Bogor (IPB) saat mempertahankan disertasinya berjudul “Kultur Kalus dan Kultur Akar Rambut Purwoceng untuk Menghasilkan Metabolit Sekunder dan Harapan untuk Pengembangan Tanaman Purwoceng di Masa Mendatang,” di Kampus IPB Darmaga, Bogor (Suara Pembaharuan, 23/02/2007).

Nama Latin purwoceng semula adalah Pimpinella pruacan, tapi kemudian direvisi menjadi Pimpinella alpina. Tumbuhan ini ditemukan di Pegunungan Alpen di Swiss, pada ketinggian 2.000-3.000 meter di atas permukaan laut. Mengenai tempat tumbuh Purwoceng di Indonesia semula dikenal tumbuh liar di kawasan Dieng pada ketinggian 2.000-3.000 m dpl. Namun menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1987), sebaran tanaman purwoceng di Indonesia kini meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Wahyuni et al. (1997) menyatakan bahwa purwoceng dapat tumbuh di luar habitatnya seperti di Gunung Putri Jawa Barat dan mampu menghasilkan benih untuk bahan konservasi. Potensi tanaman purwoceng cukup besar, tetapi masih terkendala oleh langkanya penyediaan benih dan keterbatasan lahan yang sesuai untuk tanaman tersebut (Yuhono 2004). Selain di Dieng, Purwoceng juga tumbuh di pegunungan Iyang, Jawa Timur (dikenal sebagai suripandak abang). Di Gunung Tengger dinamai gebangan depok. Kendati sebutan nama latinnya berubah-ubah, para peneliti memiliki satu kesimpulan yang sama bahwa Purwoceng termasuk tanaman obat.

Apa Saja Manfaat Purwoceng?
Eni Hayani dan May Sukmasari pernah memaparkan, seluruh bagian tanaman purwoceng dapat digunakan sebagai obat tradisional, terutama akar. Akarnya mempunyai sifat diuretika dan digunakan sebagai aprosidiak (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1987), yaitu khasiat suatu obat yang dapat meningkatkan atau menambah stamina. Pada umumnya tumbuhan atau tanaman yang berkhasiat sebagai aprosidiak mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin, dan senyawa-senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh serta memperlancar peredaran darah. Di Indonesia tumbuhan atau tanaman obat yang digunakan sebagai aprosidiak lebih banyak hanya berdasarkan kepercayaan dan pengalaman (Hernani dan Yuliani 1991).

Penggunaan tanaman obat dibidang pengobatan pada prinsipnya tetap didasarkan pada prinsip-prinsip terapi seperti pada penggunaan obat moderen. Oleh karenanya informasi kandungan senyawa aktif tanaman obat mutlak diperlukan. Umumnya tanaman obat jarang memiliki bahan senyawa tunggal, sehingga sulit untuk memastikan kandungan aktif mana yang berkasiat untuk pengobatan penyakit tertentu. Misalnya khasiat akar tanaman purwoceng (Pimpinella alpina) yang diketahui dari pengalaman-pengalaman orang kemudian berkembang menjadi image berkasiat sebagai aprodisiak, ternyata mengandung turunan dari senyawa sterol, saponin dan alkaloida (Caropeboka dan Lubis, 1985).

Sidik, et al. (1985) mengatakan bahwa akar purwoceng mengandung turunan senyawa kumarin yang digunakan dalam industri obat modern, tetapi bukan untuk aprodisiak melainkan untuk anti bakteri, anti fungi dan anti kanker. Hernani dan Yuliani (1990) mengatakan bahwa bahan aktif purwoceng terbanyak terletak pada bagian akarnya.

Tanaman purwoceng mempunyai kandungan bahan yang bersifat aprodisiak menyebabkan keberadaannya semakin dicari orang. Pada mulanya, tanaman purwoceng digunakan oleh penduduk disekitar pegunungan Dieng (daerah asalnya) hanya untuk pemeliharaan kesehatan atau peningkatan derajat kesehatan. Namun sejalan dengan perkembangan penelitian dan isu yang dihembuskan, tanaman ini berkembang menjadi komoditas yang sangat ”laku jual” sebagai bahan aprodisiak, bahkan kini telah dipopulerkan oleh masyarakat dan Kelompok Tani setempat dengan sebutan ”Viagra Jawa”.

Keberadaan tanaman yang semakin langka disebabkan selain karena terdesak oleh pesatnya permintaan, juga karena pengadaannya memerlukan waktu. Atas dasar kelangkaan dan isu aprodisiak tersebut harga yang terjadi sekarang sangat tinggi.

SIDE EFFECTS VIAGRA

on Minggu, 13 September 2009

Side Effects by Body System

General
Prior to approval by the FDA, use of sildenafil was evaluated in over 3,700 patients who ranged from 19 to 87 years of age. Over 550 patients were treated for at least 1 year. In placebo-controlled trials, the rate of discontinuation of therapy due to adverse events associated with sildenafil averaged 2.5%, which was not significantly different compared with placebo (2.3%). The incidence of side effects has been dose-dependent.

Nervous system
Nervous system side effects have included headache, observed in up to 16% of patients. Other nervous system side effects have included dizziness in 2%, and, in less than 2%: ataxia, hypertonia, neuralgia, neuropathy, paresthesias, tremor, vertigo, depression, insomnia, somnolence, abnormal dreams, decreased reflexes, and hypesthesia. There have been case reports of transient global amnesia and tonic-clonic seizures. Post marketing experience has included reports of anxiety, seizure and seizure recurrence.

Cardiovascular
Cardiovascular side effects have included flushing (vasodilation) in 10% and dizziness in 2% of patients. Consistent with its known effects on the nitric oxide/cGMP pathway, use of sildenafil has been shown to potentiate the hypotensive effects of nitrates, and its administration to patients who are concurrently taking organic nitrates is considered contraindicated. The following cardiovascular side effects have been associated with the use of sildenafil in less than 2% of patients: angina pectoris, AV block, migraine, syncope, tachycardia, palpitation, hypotension, postural hypotension, myocardial ischemia, cerebral thrombosis, cardiac arrest, heart failure, abnormal electrocardiogram, chest pain, and cardiomyopathy.
Postmarketing studies have reported serious cardiovascular events, including myocardial infarction, sudden cardiac death, ventricular arrhythmia, cerebrovascular hemorrhage, transient ischemic attack, and hypertension in temporal association with the use of sildenafil. Most patients had preexisting cardiovascular risk factors. Many of these events were reported to occur during or shortly after sexual activity, and a few were reported to occur shortly after the use of sildenafil without sexual activity. Others were reported to have occurred hours to days after the use of sildenafil and sexual activity. It has not been determined whether these events are related directly to sildenafil, to sexual activity, to the patient's underlying cardiovascular disease, to a combination of these factors, or to other factors.

Gastrointestinal
Gastrointestinal side effects have included dyspepsia (7%) and diarrhea (3%). Less common gastrointestinal side effects have included abdominal pain, vomiting, glossitis, colitis, dysphagia, gastritis, gastroenteritis, esophagitis, stomatitis, dry mouth, abnormal liver function tests, rectal hemorrhage, and gingivitis. Inhibition of contractile activity of the esophagus has been reported in patients receiving sildenafil who have idiopathic achalasia.
Results from a study of patients with idiopathic achalasia given sildenafil therapy showed inhibition of contractile activity of the esophageal musculature resulting in decreased lower esophageal sphincter tone and residual pressure as well as contraction amplitude.

Respiratory
Respiratory system side effects have included nasal congestion (4%). Other respiratory system side effects have included wheezing, dyspnea, laryngitis, pharyngitis, sinusitis, bronchitis, increased sputum production, and cough.

Genitourinary
Genitourinary side effects have included urinary tract infection in 3% of patients. Less commonly, occurring in less than 2% of patients, cystitis, nocturia, urinary frequency, breast enlargement, urinary incontinence, abnormal ejaculation, genital edema, and anorgasmia have been reported. Prolonged erection greater than 4 hours and priapism (painful erections greater than 6 hours in duration) have been reported infrequently since market approval of sildenafil. In the event of an erection that persists longer than 4 hours, the patient should seek immediate medical assistance. If priapism is not treated immediately, penile tissue damage and permanent loss of potency could result. Acute priapism associated with the use of sildenafil in a patient with sickle cell trait has been reported.

Ocular
Sildenafil is selective for phosphodiesterase-5 (PDE5). It has lesser affinity for other PDE isoenzymes, one of which is PDE6, an enzyme found in the retina. This lower selectivity is thought to be the basis for abnormalities related to color vision observed with higher doses or plasma levels.Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy developed in one eye within minutes to hours after ingestion of sildenafil. Four of the five patients had no vascular risk factors for ischemic optic neuropathy.
Ocular side effects have included mild and transient blue or colored-tinged vision, sometimes associated with photosensitivity or blurred vision. Less common ocular side effects (less than 2% of patients) have included mydriasis, conjunctivitis, photophobia, tinnitus, eye pain, deafness, ear pain, eye hemorrhage, cataract, and dry eyes. Several cases of optic neuropathy have been associated with sildenafil use.

Dermatologic
Dermatologic side effect have included rash which was reported in at least 2% of patients. Other dermatologic side effects have included urticaria, herpes simplex, pruritus, sweating, skin ulcer, contact dermatitis, and exfoliative dermatitis.

Hematologic
Hematologic side effects have included anemia and leukopenia.

Metabolic
Metabolic side effects have included thirst, peripheral and general edema, gout, hyperglycemia, hypoglycemia (including hypoglycemia reactions), and hypernatremia.

Other
Other side effects have included facial edema, shock, asthenia, pain, chills, and accidental falls and injuries.
Musculoskeletal
Musculoskeletal side effects have included arthritis, arthrosis, myalgia, tendon rupture, tenosynovitis, bone pain, myasthenia, and synovitis.
Psychiatric
Psychiatric side effects have included anecdotal reports and case studies of psychological disturbances and aggressive behavior.
Other
Other side effects have included cases of sudden decrease or loss of hearing reported post-marketing in temporal association with the use of PDE5 inhibitors, including sildenafil. In some cases, medical conditions and other factors were reported that may have also played a role in the otologic adverse events. In many cases, medical follow-up information was limited. It is not possible to determine whether these reported events are related directly to the use of sildenafil, to the patient's underlying risk factors for hearing loss, a combination of these factors, or to other factors

VIAGRA

SILDENAFIL CITRATE (VIAGRA)

Sildenafil citrate, sold as Viagra, Revatio and under various other trade names, is a drug used to treat erectile dysfunction and pulmonary arterial hypertension (PAH). It was developed and is being marketed by the pharmaceutical company Pfizer. It acts by inhibiting cGMP specific phosphodiesterase type 5, an enzyme that regulates blood flow in the penis. Since becoming available in 1998, sildenafil has been the prime treatment for erectile dysfunction; its primary competitors on the market are tadalafil (Cialis) and vardenafil (Levitra).

History
Sildenafil (compound UK-92,480) was synthesized by a group of pharmaceutical chemists working at Pfizer's Sandwich, Kent, research facility in England. It was initially studied for use in hypertension (high blood pressure) and angina pectoris (a symptom of ischaemic heart disease). The first clinical trials were conducted in Morriston Hospital in Swansea.[1] Phase I clinical trials under the direction of Ian Osterloh suggested that the drug had little effect on angina, but that it could induce marked penile erections.[2][3] Pfizer therefore decided to market it for erectile dysfunction, rather than for angina. The drug was patented in 1996, approved for use in erectile dysfunction by the US Food and Drug Administration on March 27, 1998, becoming the first oral treatment approved to treat erectile dysfunction in the United States, and offered for sale in the United States later that year.[4] It soon became a great success: annual sales of Viagra in the period 1999–2001 exceeded $1 billion.[citation needed]
The British press portrayed Peter Dunn and Albert Wood as the inventors of the drug, a claim which Pfizer disputes.[5] Their names are on the manufacturing patent application drug, but Pfizer claims this is only for convenience.[citation needed]
Even though sildenafil is available only by prescription from a doctor, it was advertised directly to consumers on U.S. TV (famously being endorsed by former United States Senator Bob Dole and soccer star Pelé). Numerous sites on the Internet offer Viagra for sale after an "online consultation", often a simple web questionnaire.[citation needed] The "Viagra" name has become so well known that many fake aphrodisiacs now call themselves "herbal Viagra" or are presented as blue tablets imitating the shape and colour of Pfizer's product. Viagra is also informally known as "Vitamin V", "the Blue Pill", as well as various other nicknames.[6]
In 2000, Viagra sales accounted for 92 percent of the global market for prescribed erectile dysfunction pills.[7] By 2007, Viagra's global share had plunged to about 50 percent[8] due to several factors, including the entry of Cialis and Levitra, along with several other counterfeits and clones, and reports of vision loss in people taking PDE5 inhibitors.[9][10]
In February 2007, it was announced that Boots the Chemist would trial over the counter sales of Viagra in stores in Manchester, England. Men aged between 30 and 65 would be eligible to buy four tablets after a consultation with a pharmacist.[11]
Pfizer's worldwide patents on sildenafil citrate will expire in 2011–2013. The UK patent held by Pfizer on the use of PDE5 inhibitors (see below) as treatment of impotence was invalidated in 2000 because of obviousness; this decision was upheld on appeal in 2002.[12][13]

Mechanism of action
The mechanism of action of Sildenafil citrate involves the release of nitric oxide (NO) in the corpus cavernosum of the penis. NO binds to the receptors of the enzyme guanylate cyclase which results in increased levels of cyclic guanosine monophosphate (cGMP), leading to smooth muscle relaxation (vasodilation) of the intimal cushions of the helicine arteries, resulting in increased inflow of blood and an erection.[14] Robert F. Furchgott won the Nobel Prize in Physiology or Medicine in 1998 for his discovery and analysis of endothelium-derived relaxing factor, a key part of the NO mechanism of action.
Sildenafil is a potent and selective inhibitor of cGMP specific phosphodiesterase type 5 (PDE5) which is responsible for degradation of cGMP in the corpus cavernosum. The molecular structure of sildenafil is similar to that of cGMP and acts as a competitive binding agent of PDE5 in the corpus cavernosum, resulting in more cGMP and better erections.[14] Without sexual stimulation, and therefore lack of activation of the NO/cGMP system, sildenafil should not cause an erection. Other drugs that operate by the same mechanism include tadalafil (Cialis) and vardenafil (Levitra).
Sildenafil is metabolised by liver enzymes and excreted by both the liver and kidneys. If taken with a high-fat meal, absorption is reduced; the time taken to reach the maximum plasma concentration increases by around one hour, and the maximum concentration itself is decreased by nearly one-third.[15]

References :
http://en.wikipedia.org